Aku pernah berharap semua yang kualami ini adalah mimpi disiang bolong. Dulu, aku pernah menganggap pertemuan kita adalah takdir dari Tuhan. Iya, takdir yang akan mempersatukan kita. Menjadikan kita pasangan yang tak terpisahkan. Aku masih ingat dulu kamu pernah berkata bahwa kamu ingin menjadikanku kekasih yang pertama dan terakhir untukmu. Aku tersipu malu waktu membaca pesan singkatmu itu. Aku terlalu lugu untuk mempercayai semua gombalan-gombalanmu itu.
Kamu jarang menyebut namaku. Panggilan sayang lebih sering kubaca, entah itu melalui pesan singkat atau melalui sosial media. Aku senang membacanya. Kata-kata yang kamu lontarkan terlalu manis untukku, hingga dengan bodohnya aku percaya begitu saja.
Aku sadar dan aku tau rinduku ini tak mungkin terbalas. Terlebih ketika kumengetahui bahwa kamu sudah menemukan penggantiku. Aku sedih. Sakit sebenarnya mengetahui bahwa orang yang kita cintai memilih bahagia dengan orang lain. Tapi semua itu pilihan. Hanya aku tak habis pikir, kenapa kamu setega itu. Membawaku pergi jauh lalu meninggalkanku begitu saja tanpa memberi tahuku arah jalan pulang. Aku ingin kamu mengantarkanku pulang. Aku lelah, disini tak kutemukan jalan untuk pulang, sayang. Kamu membawaku terlalu jauh, hingga aku tak sanggup lagi berjalan pulang untuk bahagia.
Ingat apa yang kulakukan ketika ulang tahunmu di akhir bulan lalu? Itulah hal yang kusesali selama ini, aku masih terlalu takut untuk bertemu denganmu, dan mengucapkan doaku di depanmu. Lalu, kulakukan hal sederhana yang bisa kulakukan. Aku tak tidur hingga larut malam, pukul 12 segera kukirimi kaupesan singkat, pesan yang kaubalas seadanya, sekenanya, biasa saja. Aku merasa
bersalah, sungguh. Kalau aku cukup berani mengatakan semua, kalau aku tak berada jauh darimu, kalau kita punya status lebih dari teman.. ah ...
bersalah, sungguh. Kalau aku cukup berani mengatakan semua, kalau aku tak berada jauh darimu, kalau kita punya status lebih dari teman.. ah ...
Apa yang bisa kulakukan agar aku tetap bertahan? Kularikan rasa rinduku ke dalam tulisan. Di sini aku bisa menangis pilu tanpa membuat tuli telingamu. Aku rindu kamu dan kamu nampaknya tak pernah tahu betapa selama sembilan bulan ini, aku tak bisa berbuat banyak selain menunggu kamu bicara lebih dulu. Aku selalu kuat membisu, meskipun rasanya ini bodoh, entah mengapa aku tak ingin melupakanmu. Bahkan dalam jarak sejauh ini.
dari perempuan
yang pernah meneteskan air matanya untukmu
yang selalu berusaha melupakanmu ..