Aku hanya bisa mencintaimu diam diam. Tanpa kamu tau dan tanpa kamu rasakan. Mengikhlaskanmu seiring dengan berjalannya waktu. Ntah sampai kapan. Mungkin sampai saat aku tau aku tak bisa memilikimu lagi untuk selamanya.
“Maaf
ya belum bisa sepenuhnya sayang sama kamu” Ucapnya padaku.
Napasku sesak dunia rasanya
seperti berhenti berputar. Tapi tetap kucoba tegar dihadapannya “jangan
bohongi hati kamu. sayang itu nggak dipaksa kok. Aku juga ga nyuruh kamu buat
sayang aku kan ? Kamu bebas sayang sama siapa aja tanpa ada yang melarang aku
ikhlas kok. Makasih ya” Sebisa mungkin aku tetap tegar. Berdiri tegak
dihadapannya.
“Makasih? Untuk apa? Makasih
karena udah bikin hati kamu sakit gitu?” Dia seoalah tau apa yang ada dalam
hatiku. Rasa sakit yang semakin dalam menggerogoti hatiku.
“Nggak kok. Cuma mau makasih aja
udah pernah buat aku merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Merasakan rasanya
dicintai” Dadaku masih terasa sangat sesak. Sulit untuk bernafas rasanya.
Sangat getir rasanya.
“Maaf ya”
“Untuk?” Kali ini aku mulai tahu
arah pembicaraan kami kali ini. Ketakutan yang menghantuiku selama ini sepertinya
akan jadi kenyataan. Aku tak pernah berharap hari ini terjadi. Aku tak pernah
ingin hari ini ada.
“udah
ya? kita sahabatan aja aku nggak mau buat kamu sakit lebih dari ini”
Aku terdiam. Rasanya bumi berhenti
berputar pada porosnya. Yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Kembali aku
rasakan sakit yang teramat sangat menjelahati sudut hatiku. Kembali aku terluka
karena kebodohanku. Sesak. Rasanya air mata sudah tak terbendung lagi. Tapi,
aku tetap tegak berdiri. Menjaga sekuat tenaga agar bendungan air mata ini
tidak pecah didepanmu. Aku tak ingin terlihat lemah dimatamu. Aku tak ingin
kamu mengasihaniku hanya karena air mata. Hidupmu terlalu sulit untuk
kuimbangi. Kamu datang tanpa aku inginkan. Dan kini, kamu pun pergi tanpa
kuinginkan pula. Dulu. Dulu sekali kamu yang menyuruhku untuk kembali membuka
hatiku yang telah terkunci untukmu. Tapi kenapa sekarang kau malah menyuruhku
untuk menguncinya lagi? Kamu tidak tau betapa sekuat tenaga aku membuka kunci
itu untukmu. Dan dengan sederhananya, kini kamu menyuruhku untuk menguncinya
lagi. Dimana hatimu? Aku rindu hatimu yang dulu. Yang dulu selalu menghangatkan
hatiku dikala rasa kesepian datang menghampiriku.
“Elsa!” Ujarnya sembari
melambai-lambaikan tangannya didepan mukaku yang terlihat kosong.
“eh iya”
“Maafin aku..”
“Oke” Mulutku kelu. Terasa getir
sekali. Inginku meluapkan rasa sakit hati ini. Tapi aku tidak bisa. Kamu
terlalu baik untuk aku salahkan. Aku akan sangat jahat kalau membencimu. Rasa
sayangku padamu masih sama seperti dulu. Saat pertama kita bertemu. Tak ada
yang berubah. Sama sekali tak ada.
Kali ini ia menanggapi tanggapanku
hanya dengan segelintir senyum. Senyum yang tak pernah kulihat darimu sejak
beberapa hari lalu. Senyum yang sudah beberapa hari ini aku rindukan datang
darimu. Tapi kenapa rasanya kini aku tak ingin melihat senyummu itu. Rasanya terlalu
sakit hati ini saat melihat senyummu itu.
“Aku pesan satu hal untuk kamu
boleh?”
“Iya. Apa?”
“Jangan sakiti dia ya! Dia yang
nantinya jadi penggantiku. Dia yang kamu cintai. Dia yang kamu sayangi. Dia
yang seribu kali lebih baik dari aku. Dia yang selalu kamu impikan dalam tidur
panjangmu dimalam hari. Dia yang setiap waktu melayang dan menari-nari dalam
otakmu. Bahagiakan dia” Sesak rasanya berkata seperti itu. Tapi apa boleh buat.
Aku lebih memilih aku yang sakit dibandingkan dengan kamu yang merasakan
sakitnya. Aku tak ingin nantinya kamu merasakan sakit seperti apa yang
kurasakan saat ini. Kamu terlalu baik. Sangat bodoh orang yang
menyia-nyiakanmu.
“Iya Elsa. Maafin aku ya”
Aku hanya bisa melontarkan senyum
getir padanya. Aku memang bisa membohongimu untuk tidak merasa sakit hati. Tapi
tidak dengan berbohong pada diriku sendiri.
“Aku udah maafin kamu kok. Bahkan
sebelum kamu minta maaf” Susah payah aku mengatakan itu.
“Aku cuma ga pengen kamu sakit.
Mungkin akan lebih baik kamu melupakan aku yang pernah mengisi hari-harimu.
Lupakan kalau aku pernah dihatimu. Anggap saja hubungan kita kemarin hanya
mimpi buruk untukmu yang tak pernah kamu inginkan dan ingin kau lupakan”
“Semoga saja”
“Eh iya, besok berangkat sekolah
bareng yuk” Ajaknya padaku.
“Ok ..” Ujarku singkat dengan tawa
yang sedikit dipaksakan. Andai situasi seperti ini terjadi saat aku masih
bersamamu. Saat hatimu masih menjadi milikku. Akan berlipat ganda kebahagiaanku
ini. Aku hanya bisa mencintaimu diam diam. Tanpa kamu tau dan tanpa kamu
rasakan. Mengikhlaskanmu seiring dengan berjalannya waktu. Ntah sampai kapan.
Mungkin sampai saat aku tau aku tak bisa memilikimu lagi untuk selamanya.
*ry
. yang sabar yaa :') :p
ReplyDeleteselalu nduh :)
ReplyDeleteGaboleh galau gaboleh sedih :)
ReplyDeleteMasih ada temen* selalu disampingmu :* {}
# Ciehh