Sunday, February 10, 2013

Mencintaimu Diam-Diam

Aku hanya bisa mencintaimu diam diam. Tanpa kamu tau dan tanpa kamu rasakan. Mengikhlaskanmu seiring dengan berjalannya waktu. Ntah sampai kapan. Mungkin sampai saat aku tau aku tak bisa memilikimu lagi untuk selamanya.


              “Maaf ya belum bisa sepenuhnya sayang sama kamu” Ucapnya padaku.
          Napasku sesak dunia rasanya seperti berhenti berputar. Tapi tetap kucoba tegar dihadapannya “jangan bohongi hati kamu. sayang itu nggak dipaksa kok. Aku juga ga nyuruh kamu buat sayang aku kan ? Kamu bebas sayang sama siapa aja tanpa ada yang melarang aku ikhlas kok. Makasih ya” Sebisa mungkin aku tetap tegar. Berdiri tegak dihadapannya.
              “Makasih? Untuk apa? Makasih karena udah bikin hati kamu sakit gitu?” Dia seoalah tau apa yang ada dalam hatiku. Rasa sakit yang semakin dalam menggerogoti hatiku.
              “Nggak kok. Cuma mau makasih aja udah pernah buat aku merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Merasakan rasanya dicintai” Dadaku masih terasa sangat sesak. Sulit untuk bernafas rasanya. Sangat getir rasanya.
              “Maaf ya”
              “Untuk?” Kali ini aku mulai tahu arah pembicaraan kami kali ini. Ketakutan yang menghantuiku selama ini sepertinya akan jadi kenyataan. Aku tak pernah berharap hari ini terjadi. Aku tak pernah ingin hari ini ada.
              “udah ya? kita sahabatan aja aku nggak mau buat kamu sakit lebih dari ini
              Aku terdiam. Rasanya bumi berhenti berputar pada porosnya. Yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Kembali aku rasakan sakit yang teramat sangat menjelahati sudut hatiku. Kembali aku terluka karena kebodohanku. Sesak. Rasanya air mata sudah tak terbendung lagi. Tapi, aku tetap tegak berdiri. Menjaga sekuat tenaga agar bendungan air mata ini tidak pecah didepanmu. Aku tak ingin terlihat lemah dimatamu. Aku tak ingin kamu mengasihaniku hanya karena air mata. Hidupmu terlalu sulit untuk kuimbangi. Kamu datang tanpa aku inginkan. Dan kini, kamu pun pergi tanpa kuinginkan pula. Dulu. Dulu sekali kamu yang menyuruhku untuk kembali membuka hatiku yang telah terkunci untukmu. Tapi kenapa sekarang kau malah menyuruhku untuk menguncinya lagi? Kamu tidak tau betapa sekuat tenaga aku membuka kunci itu untukmu. Dan dengan sederhananya, kini kamu menyuruhku untuk menguncinya lagi. Dimana hatimu? Aku rindu hatimu yang dulu. Yang dulu selalu menghangatkan hatiku dikala rasa kesepian datang menghampiriku.
              “Elsa!” Ujarnya sembari melambai-lambaikan tangannya didepan mukaku yang terlihat kosong.
              “eh iya”
              “Maafin aku..”
              “Oke” Mulutku kelu. Terasa getir sekali. Inginku meluapkan rasa sakit hati ini. Tapi aku tidak bisa. Kamu terlalu baik untuk aku salahkan. Aku akan sangat jahat kalau membencimu. Rasa sayangku padamu masih sama seperti dulu. Saat pertama kita bertemu. Tak ada yang berubah. Sama sekali tak ada.
              Kali ini ia menanggapi tanggapanku hanya dengan segelintir senyum. Senyum yang tak pernah kulihat darimu sejak beberapa hari lalu. Senyum yang sudah beberapa hari ini aku rindukan datang darimu. Tapi kenapa rasanya kini aku tak ingin melihat senyummu itu. Rasanya terlalu sakit hati ini saat melihat senyummu itu.
              “Aku pesan satu hal untuk kamu boleh?”
              “Iya. Apa?”
              “Jangan sakiti dia ya! Dia yang nantinya jadi penggantiku. Dia yang kamu cintai. Dia yang kamu sayangi. Dia yang seribu kali lebih baik dari aku. Dia yang selalu kamu impikan dalam tidur panjangmu dimalam hari. Dia yang setiap waktu melayang dan menari-nari dalam otakmu. Bahagiakan dia” Sesak rasanya berkata seperti itu. Tapi apa boleh buat. Aku lebih memilih aku yang sakit dibandingkan dengan kamu yang merasakan sakitnya. Aku tak ingin nantinya kamu merasakan sakit seperti apa yang kurasakan saat ini. Kamu terlalu baik. Sangat bodoh orang yang menyia-nyiakanmu.
              “Iya Elsa. Maafin aku ya”
              Aku hanya bisa melontarkan senyum getir padanya. Aku memang bisa membohongimu untuk tidak merasa sakit hati. Tapi tidak dengan berbohong pada diriku sendiri.
              “Aku udah maafin kamu kok. Bahkan sebelum kamu minta maaf” Susah payah aku mengatakan itu.
              “Aku cuma ga pengen kamu sakit. Mungkin akan lebih baik kamu melupakan aku yang pernah mengisi hari-harimu. Lupakan kalau aku pernah dihatimu. Anggap saja hubungan kita kemarin hanya mimpi buruk untukmu yang tak pernah kamu inginkan dan ingin kau lupakan”
              “Semoga saja”
              “Eh iya, besok berangkat sekolah bareng yuk” Ajaknya padaku.
             “Ok ..” Ujarku singkat dengan tawa yang sedikit dipaksakan. Andai situasi seperti ini terjadi saat aku masih bersamamu. Saat hatimu masih menjadi milikku. Akan berlipat ganda kebahagiaanku ini. Aku hanya bisa mencintaimu diam diam. Tanpa kamu tau dan tanpa kamu rasakan. Mengikhlaskanmu seiring dengan berjalannya waktu. Ntah sampai kapan. Mungkin sampai saat aku tau aku tak bisa memilikimu lagi untuk selamanya.

*ry

3 comments: